Laporan Rugi Laba dan
Laba Ditahan
Neraca dan Laporan Arus
Kas
DISUSUN
OLEH
NAMA : TUTI PUSPITASARI
KELAS : 3EB25
NPM : 27212500
JURUSAN
AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil
yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Pengukuran laba bukan saja penting
untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai
informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena
itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,
pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap,
2001: 259).
Ada dua media pelaporan yang digunakan untuk melaporkan
hasil aktivitas perusahaan yaitu Laporan Rugi Laba dan Laporan Laba Ditahan.
Laporan Laba Ditahan dapat disajikan terpisah dari Laporan Rugi Laba, dapat
juga disajikan sebagai bagian dari Laporan Rugi Laba. Laporan Laba Ditahan
dapat juga disajikan di dalam Laporan Perubahan Modal, dimana perubahan
laba yang ditahan termasuk di dalamnya. Dalam hal yang terakhir Laporan
Laba Ditahan secara tersendiri sudah tidak diperlukan. Laporan Rugi Laba dan
Laporan Laba Ditahan merupakan laporan atas aktivitas perusahaan selama satu
periode akuntansi, berbeda dengan neraca yang memberikan informasi tentang
aktiva dan hutang perusahaan pada waktu tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Pengertian,
elemen serta bentuk laporan rugi laba
2. Penyajian pos
tidak biasa
3. Laporan Laba
Ditahan
4. Pengertian dan
elemen neraca
5. Laporan Arus
Kas
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian,
elemen serta bentuk laporan rugi laba
2. Mengetahui
penyajian pos tidak biasa
3. Mengetahui
Laporan Laba Ditahan
4. Mengetahui
pengertian dan elemen neraca
5. Mengetahui
Laporan Arus Kas
1.4
Metode
Penulisan
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu
penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Laporan Rugi Laba
Pengertian Laporan Rugi-Laba menurut Henri Simamora dalam
buku “Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis” adalah:
“Laporan
Rugi-Laba adalah Laporan keuangan resmi yang menerangkan kegiatan-kegiatan
operasi (Pendapatan dan Biaya) selama periode tertentu, biasanya satu bulan
atau satu tahun.”
Sedangkan pengertian laporan Rugi-Laba
menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam buku “Analisa Laporan
Keuangan;Konsep dan Aplikasi” sebagai berikut: “Laporan
Keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan
dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.”
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty
dalam buku “Analisa Laporan Keuangan; Konsep dan Aplikasi” untuk dapat
menggambarkan informasi mengenai potensi perusahaan, dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu, Laporan Rugi-Laba mempunyai dua unsur yaitu:
a.
Penghasilan (income)
b.
Beban (expense).”
Dalam laporan rugi laba ada sejumlah elemen
atau istilah yang melekat secara umum. Elemen ini tercatat dalam laporan rugi
laba perusahaan. Antara lain:
a.
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah aliran
masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya,
bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain
yang merupakan kegiatan perusahaan.
b.
Beban (expense)
Beban adalah aliran
keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang, bisa merupakan
kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang
merupakan kegiatan perusahaan.
c.
Laba (Profit)
Laba adalah kenaikan
modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
kecuali kenaikan modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik,
seperti pada laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
d.
Rugi (Loss)
Rugi adalah penurunan
modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
kecuali yang timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada
rugi penjualan surat berharga.
2.2 Bentuk Laporan Rugi Laba
Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) Laporan
Rugi Laba dalam penyajiannya dibagi menjadi
dua bentuk yaitu :
1.
Bentuk Single Step
Laporan
R/L bentuk ini sering disebut laporan langsung. Dengan kata lain adalah laporan
rugi laba yang menggabungkan seluruh pendapatan dan beban perusahaan menjadi
satu kelompok, baik pendapatan dan beban operasional maupun non
operasional. Tahapan penyusunan laporan ini ada tiga, yaitu :
a.
rincian
semua pendapatan operasional dan non operasional
b.
rincian
semua beban operasional dan non operasional
c.
selisih
semua pendapatan dan beban. Ditemukanlah angka/jumlah yang menunjukkan laba
atau rugi
2.
Bentuk Multiple
Step
Bentuk ini juga disebut
bentuk bertahap yaitu bentuk laporan rugi-laba yang unsur pendapatan maupun
beban dipisahkan atas dasar operasional dan non operasional. Cara penyusunannya
adalah sebagai berikut :
a.
Bagian pertama adalah
perincian pendapatan operasional
b.
Bagian kedua adalah
perincian beban operasional
c.
Bagian ketiga adalah
perincian pendapatan maupun beban non operasional
d.
Bagian terakhir untuk
mencari saldo rugi – laba bersih.
2.3
Penyajian Pos Tidak Biasa
Pos – Pos tidak biasa adalah laba atau rugi
dari transaksi – transaksi yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat
insidentil. Misalnya:
·
laba atau rugi dari
penjualan aktiva tetap
·
kerugian akibat gempa
bumi,kebakaran atau banjir
Untuk menyajikan pos luar biasa seperti kebakaran,
gempa, dan sebagainya perusahaan dapat menganut salah satu dari dua perlakuan
berikut ini:
a.
CURRENT OPERATING
PERFORMANCE
Pencatatan kerugian dari
pos tidak biasa tidak boleh disajikan dalam laporan laba rugi melainkan
disajikan dalam laporan laba ditahan atau laporan perubahan modal maka laporan
laba rugi hanya menentukan hasil dari operasi normal periode tersebut.
b.
ALL INCLUSIVE
Pencatatan kerugian dari
pos luar biasa tersebut dapat disajikan dalam laporan laba rugi, sedangkan
dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi net
income yang ditransfer dari laporan rugi laba
deklarasi (pembayaran dividend), penyisihan dari laba (appropriation of
retained earning)
Berdasarkan pendekatan modified all
inclusive concept, perusahaan dapat melaporkan irregular items
sebagai bagian dari net income-nya. Salah satu irregular items
adalah pos luar biasa (extraordinary items).
2.4 Penyajian Pos Tidak Biasa
Laba atau rugi bersih untuk periode
berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan
pada laporan laba rugi, yaitu:
a.
Laba atau rugi dari
aktivitas normal; dan
b.
Pos luar biasa
Penyajian Pos Luar Biasa dalam laporan rugi
laba perusahaan diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai Laba atau Rugi Bersih
untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi Paragraf
10-14.
Sebenarnya semua unsur pendapatan dan beban
yang tercakup dalam perhitungan rugi laba bersih untuk periode tertentu timbul
dari aktivitas normal perusahaan tersebut. Karenanya, jarang sekali suatu
kejadian atau transaksi menimbulkan pos luar biasa
Apakah suatu kejadian atau transaksi secara
jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan ditentukan oleh hakikat
dari kejadian atau transaksi tersebut sehubungan dengan usaha yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, suatu kejadian atau
transaksi mungkin luar biasa bagi satu perusahaan, namun tidak luar biasa bagi
perusahaan lain, karena perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-masing
perusahaan. Sebagai contoh, kerugian karena gempa bumi pada kebanyakan
perusahaan dapat dianggap sebagai kerugian luar biasa. Akan tetapi, tuntutan
ganti rugi oleh pemegang polis asuransi kerugian karena gempa bumi tidak dapat
dianggap sebagai pos luar biasa untuk perusahaan asuransi yang menanggung
kerugian tersebut.
Suatu kejadian atau transaksi dapat
diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria berikut :
a.
Bersifat tidak normal;
kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang
tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan
b.
Tidak sering terjadi;
kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan
normal perusahaan.
Penerapan kedua kriteria di atas harus
dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta
faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi,
maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau
beban lain-lain.
Contoh kejadian atau transaksi yang pada
umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah kerugian sebagai
akibat gempa bumi, kebakaran, atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi
dengan klaim asuransi, jika ada, disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam
laporan laba rugi.
Pos luar biasa dalam
laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal
perusahaan. Hakikat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari
pengelompokan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian, pengguna
laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja perusahaan
yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut sekaligus juga
melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan
untuk periode yang bersangkutan.
Ilustrasi
penyajian Pos Luar Biasa dalam laporan laba rugi perusahan sebagai berikut :
PT
ABC - Laporan Laba Rugi
2.5 Laporan Laba Ditahan
Laba ditahan ( retained earning )
merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham.
Maksud laba yang ditahan (retained earning) menurut pendapat Martono dan
Agus Harjito (2005:201) yaitu “Laba yang tidak dibagi”.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi (faktor)
perubahan laba ditahan, antara lain:
a.
adanya laba bersih (net
income) atau rugi bersih ( net loss)
b.
adanya penyesuaian
periode sebelumnya ( prior period adjusment) dan perubahan kebijakan
akuntansi ( change in accounting policy)
c.
adanya deviden ( cash devicend,
stock devidend, property dividend dan scrip dividend)
d.
adanya transaksi atas treasury
stock
e.
adanya penyesuaian akibat
quasi reorganization
Laporan laba ditahan berisikan informasi
mengenai perubahan laba ditahan perusahaan yang menyebabkan terjadinya
perubahan modal sendiri perusahaan. Perhitungan laba ditahan adalah laba bersih
dikurangi deviden yang dibagikan. Laba ditahan diinvestasikan kembali dengan
harapan peningkatan laba perusahaan pada tahun mendatang. Laporan ini digunakan
investor untuk menilai usulan kebijakan manajemen perusahaan mengenai deviden.
Pembagian deviden yang merupakan hak pemegang saham yang diatur dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya tidak dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian
digunakan kembali untuk berinvestasi. Sebagian yang digunakan untuk
berinvestasi inilah menjadi laba ditahan perusahaan. Semakin besar laba ditahan
perusahaan akan semakin besar aset perusahaan, dan dapat dikatakan perusahaan
tersebut “sehat”.
2.6 Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah suatu laporan yang
menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan pada
saat tertentu. Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 152): “ Neraca merupakan
laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva),
hutangnya (kewajiban), dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya (equitas
pemilik)”.
Menurut IAI (2009), Neraca menggambarkan posisi keuangan
perusahaan yang terdiri dari aset, kewajiban dan modal perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
Neraca dapat disusun dalam dua bentuk yaitu
bentuk T (T form) dan bentuk L (L form). Di dalam bentuk T form
semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri neraca dengan judul
aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi kanan neraca
dengan judul passiva ( liabilities and stockholder’s equity). Dalam
bentuk L form, semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca,
sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada bagian bawah neraca.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aset, kewajiban dan ekuitas.
a.
Aset
Menurut IAI (2009, h9)
mendefinisikan aset sebagai sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan.
Mengacu pada pendapat
Munawir (2004) aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu:
1.
Aset lancar
Munawir (2004, h14)
menyatakan aset adalah uang kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat
dicairkan, ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau digunakan periode pada
berikutnya paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan
yang normal.
2.
Aset tidak lancar (aset
tetap)
Munawir (2004, h16)
menyatakan aset tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih
dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan.
b.
Kewajiban
Menurut IAI (2009, h9)
mendefinisikan kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Kewajiban menurut Munawir
(2004, h18-19) terbagi menjadi dua bagian, yaitu kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
1.
Kewajiban jangka pendek
Adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasan atau pembayarannya dilakukan dalam jangka pendek yaitu satu tahun
sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
2.
Kewajiban jangka panjang
Adalah kewajiban keuangan
yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca yang
meliputi hutang obligasi, hutang hipotek dan pinjaman jangka panjang yang lain.
c.
Ekuitas
IAI (2009, h9) menyatakan
ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
2.7 Laporan Arus Kas (Cash
Flow)
Laporan arus kas sering juga disebut
sebagai laporan sumber dan penggunaan dana. Menurut Helfert (2003, hal
23) :
“
Laporan arus kas adalah laporan yang memperlihatkan hasil – hasil operasi
selama periode serta perubahan yang terjadi dalam neraca”.
Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan
Livnat (1996, hal 146-164), laporan arus kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a.
Aktivitas Operasional (Operating)
Adalah kelompok yang
meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak termasuk di dalam
kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih jelas, arus kas
yang berasal dari kegiatan opersional meliputi arus kas dari kegiatan produksi,
distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah
arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba
bersih.
b.
Aktivitas Investasi ( Investing)
Adalah kelompok yang
meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian persediaan barang
dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan equitas dan harta
kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva
produktif lainnya yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
produksi barang dan jasa.
c.
Aktivitas Pendanaan atau
pembiayaan ( Financing)
Adalah
kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian
hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayan kembali
hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada
pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari
pembiayaan jangka panjang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan
dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Dalam laporan rugi laba ada sejumlah elemen
atau istilah yang melekat secara umum. Elemen ini tercatat dalam
laporan rugi laba perusahaan. Antara lain Pendapatan, Beban, Laba dan Rugi.
Untuk menyajikan pos luar biasa seperti
kebakaran, gempa, dan sebagainya perusahaan dapat menganut salah satu dari dua
perlakuan yaitu Current Operating Performance dan All Inclusive.
Perusahaan juga dapat menggunakan pendekatan modified all inclusive concept,
perusahaan dapat melaporkan irregular items sebagai bagian dari net
income-nya. Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary
items).
Suatu kejadian atau transaksi dapat
diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria yaitu
bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi. Penerapan kedua kriteria di
atas harus dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan
serta faktor geografis perusahaan.
Laba ditahan ( retained earning )
merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham.
Neraca adalah suatu laporan yang
menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan pada
saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aset, kewajiban dan
ekuitas.
Laporan arus kas adalah suatu ringkasan
mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam jangka waktu
tertentu.
Dalam penyajiannya laporan arus kas dibagi
dalam tiga kelompok yaitu aktivitas operasi, aktivitas inventasi dan aktivitas
pendanaan.
3.2 Saran
Untuk mempermudah keinginan perusahaan
yaitu memperoleh laba semaksimal mungkin maka perusahaan perlu membuat laporan
rugi laba, karena dengan membuat laporan rugi laba, maka perusahaan dapat
mengevaluasi perkembangan dari perusahaan.
Laporan arus kas ini penting sekali agar
kita bisa paham posisi keuangan dalam kondisi yang sebenarnya, yaitu perputaran
uang yang sesungguhnya, bukan posisi keuangan dalam pos akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo,
SE, MM, AK dan Abu Bakar Arif, SE, MM, 2003, Akuntansi Keuangan Dasar 2,
Grasindo:Jakarta.
Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), 2009. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Salemba Empat:Jakarta.
Zaki Baridwan. 2000.
“Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFEs.
Prastowo,
Dwi dan Julianty Rika, 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama. PP. AMP YKPN: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar